.:: Mari Berbagi Cerita dan Info ::.

Botak, Bukan Karena Kebanyakan Mikir

Rambut yang makin lama terus menipis tak hanya meresahkan kaum wanita yang notabene sangat peduli pada penampilan. Kaum pria pun cenderung gelisah bila mulai mengalami botak lebih awal.

Sebagian besar, 85 persen, kasus kerontokan rambut pada pria memang disebabkan oleh faktor keturunan. Selain dari garis ibu, kebotakan juga dapat diwarisi dari garis ayah. Jenis kebotakan turunan ini disebut heredity alpecia, atau kebotakan khas pria (male patern baldness).
Tanda-tanda yang jelas dari kebotakan khas pria adalah mundurnya garis rambut, tumbuhnya titik kebotakan pada pusat rambut atau pada keduanya. Pada umumnya, pria yang mulai mengalami botak lebih awal cenderung kehilangan rambut lebih cepat dan lebih banyak daripada mereka yang baru mulai mengalami kebotakan pada usia lebih lanjut.
Pria dapat mulai mengalami kebotakan paling cepat sejak usia 18 tahun dan paling lambat ketika mereka berusia 50-an atau 60-an. 12 persen pria menjadi botak di usia 25 tahun. Angka ini melompat menjadi 37 persen untuk usia 35 dan 45 persen untuk usia 45.

Selain faktor gen, ada sejumlah faktor yang menyebabkan rambut berhenti tumbuh. Menurut Marty Sawaya, M.D, Ph.D, profesor dermatology di University of Florida Health Sciences Center di Gainesville, faktor-faktor tersebut antara lain:
- Obat-obatan, seperti beta blocker (sering digunakan untuk tekanan darah tinggi) dan beberapa pengobatan menggunakan turunan vitamin A seperti obat antijerawat isotretinoin dan obat antipsoriasi etretinate.
- Kondisi-kondisi seperti artritis dan lupus.
- Peristiwa-peristiwa stres berat, misalnya diceraikan atau ditinggal mati orang tersayang.
- Diet ketat terlalu bersemangat yang membuat Anda kekurangan protein.
- Anabolik steroid, seperti yang diresepkan bagi pria dengan hormon tidak berimbang dan kadang-kadang digunakan oleh pria yang berambisi menjadi seperti Rambo.

Read More......

Saya Cinta IBU

Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku 'dipaksa' membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.

Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu.

Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu.Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.

Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya.Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya. Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku menangis.

Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.

Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do'a, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.

Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.

Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguk nya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang baik dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti disbanding kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.

Read More......

Anak Kurus Berpotensi Lebih Pintar

Anda memiliki anak yang kurus? Jangan khawatir, mungkin bentuk tubuh anak itu akibat otaknya yang cerdas. Sebuah penelitian mengungkapkannya. Sebuah penelitian di Spanyol menyebutkan bahwa salah satu penyebab anak kurang pintar adalah karena kegemukan, seperti yang detikhot kutip dari health24, Jumat (14/8/2009). Penelitian yang melibatkan sekitar 400 anak laki-laki dan perempuan berumur empat tahun ini dilakukan di Pusat Penelitian Epidemi Lingkungan di Barcelona, Spanyol. Penelitian ini dilakukan menggunakan tes standar fungsi kognitif untuk menentukan kemampuan berhitung, mengingat serta sensor motorik dan sensorik anak. Sedangkan gemuk atau kurusnya seorang anak, ditentukan dari indeks massa tubuh dari masing-masing anak. Pada saat anak-anak tersebut memasuki umur enam tahun, Peneliti menemukan bahwa 17 persen anak beresiko menjadi kegemukan dan 12 persen lainnya mengalami kegemukan. Namun, anak yang memiliki daya fikir dan keterampilan tinggi pada usia empat tahun sulit untuk mempertahankan berat yang kurang sehat pada masa dua tahun ke depan.

Ketika anak menjadi gemuk pada usia enam tahun, secara general daya fikir dan keterampilannya menurun dibandingkan saat usianya empat tahun. Ada banyak penyebab anak menjadi kegemukan, yakni jenis kelamin, berat saat lahir, karakteristik dari ibunya, jumlah saudara kandung dan diet

Sumber dari sini

Read More......